QAULAN SADIDA
1. Komunikasi (qaulan sadida)
Prinsip komunikasi kaulan sadida dapat diartikan sebagai suatu perkataan yang benar, jujur, lurus, tidak sombong, tidak berbelit-belit. Menjadi pribadi yang jujur berarti antara ucapan dan tindakannya selaras. Tidak pernah membuat kebohongan atau memanipulasi fakta, apa yang dikatakan berdasarkan kenyataan.
Sifat jujur adalah sebagian dari cerminan rasa keimanan. Justru perilaku seorang yang jujur itu sama artinya dengan aman atau orang yang dipercaya dalam berbagai hal. Bersifat adil atau tidak memihak.
Bahkan tidak bertentangan antara ucapan dengan perbuatan. Sebagai komunikator dituntut untuk menjaga amanah. Dalam konteks komunikasi Islam, berbohong merupakan sifat tercela sebab dapat menyesatkan individu dan masyarakat.
Hadits:"Tanda orang munafik itu ada tiga , apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji ingkar, dan jika dipercaya menghianati "(HR Bukhori)
Dalil al-quran:
وليخش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فليتقوا الله واليقولوا قولا سديدا
"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap atau kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar "(QS. An-nisa'4; ayat 9)
Nabi Muhammad saw dengan mengutip Al-Quran menjelaskan bahwa orang beriman tidak akan berdusta. Dalam perkembangan sejarah, umat Islam sering dirugikan karena berita-berita dusta. Yang paling parah, ketika bohong memasuki teks-teks suci yang menjadi rujukan. Yang mana sampai kapanpun itu suatu kebohongan tidakakan pernah berhasil memasuki Al-Quran karena keaslian Al-Quran sudah dijamin oleh Allah.
Ada beberapa hadits dan ayat al-Qur’an yang menganjurkan supaya kita harus berbicara baik dan benar yaitu sebagai berikut :
“Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS. Al-Hajj:30).
“Hendaklah kamu berpegang pada kebenaran (shidqi) karena sesungguhnya kebenaran itu memimpin kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
“Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya” (HR Ibnu Hibban).
“Dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang baik” (QS. Al-Baqarah:83).
“Sesungguhnya segala persoalan itu berjalan menurut ketentuan” (H.R. Ibnu Asakir dari Abdullah bin Basri)”.
Dilihat dari segi redaksi Qur’an dan hadits yang di paparkan di atas yaitu, komunikasi Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, sesuai kadiah bahasa yang semestinya di gunakan sesuai perintah Allah SWT.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” Dan itu adalah dengan meyimpangkan mereka dari neraka Jahiim dan memasukkannya ke dalam kenikmatan hidup yang abadi.
Ibnu Abi Haatim berkata : Telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Amru bin Auf, telah menceritakan kepada kami Khaalid, dari Laits dari Abi Burdah, dari Abu Musa Al-Asy’ari, ia berkata :
Aku pernah mendirikan shalat dzuhur bersama Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, ketika kami akan pergi, beliau memanggil kami dengan tangannya dan kami pun duduk dan beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memerintahkan kepadaku untuk memerintahkan kalian agar bertakwa kepada Allah dan mengatakan perkataan yang benar.” Kemudian para wanita datang dan beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memerintahkan kepadaku untuk memerintahkan kalian agar bertakwa kepada Allah dan mengatakan perkataan yang benar.”
Berkata Ibnu Abi Dunya dalam kitab taqwa, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ibad bin Musa, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziiz bin Imran Az-Zuhry, telah menceritakan kepada kami Isa bin Samrah, dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata :“Tidaklah berdiri Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam di atas mimbar kecuali aku melihatnya mengatakan: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar” (sangat gharib)Dan aku melihat dari hadits Abdurrahim bin Zaid Al-Ammiy dari bapaknya dari Muhammad bin Ka’ab dari Ibnu Abbas secara mauquf:“Barangsiapa yang digembirakan dengan dimuliakan manusia, bertaqwalah kepada Allah.”
Berkata Ikrimah bahwa “qaulan sadiida” adalah Laa Ilaaha illallah. Dan berkata selain dia bahwa As-Sadiid adalah kebenaran. Berkata Mujaahid, ia adalah ketepatan. Dan berkata selain dia, As-Sadiid adalah kebenaran dan segala yang benar

Komentar
Posting Komentar